March 2007 / April 2007 / May 2007 / June 2007 / July 2007 / November 2007 / March 2008 / April 2008 / February 2009 / March 2009 / April 2009 / May 2009 / June 2009 / July 2009 / August 2009 / October 2009 / May 2010 / June 2010 / July 2010 / August 2010 / September 2010 / November 2010 / December 2010 /

kembali ke blog


Nov 30, 2010

Kepada Sepasang Mata

Kepada sepasang mata kekasihku,

Jangan katakan padanya
bahwa saat hati-hati melirik
aku tengah menelusurinya baik-baik!

Bukakan saja pintu lebar-lebar
sibakkan tirai yang menjuntai
lalu pinjamkan padaku lampu badai.
Karena aku hendak menyusup
jelajahi lorong-lorong rahasia
yang selalu kalian jaga,
maka beritahu saja cara membuka
ruang-ruang yang terkunci rapat,
untuk kurekatkan cintaku kuat-kuat.

Jangan katakan padanya
bahwa saat kutatap dalam-dalam
aku sedang menyelidikinya diam-diam!

Biarkan saja aku sejenak terjun
ke dalam gelapnya palung-palung
menebas ragu yang menggantung,
lalu kutanya pada dindingnya
seberapa banyak tentangku terukir
atau hanya tergambar pada bibir.
Maka berikan saja padaku mantra-mantra,
untuk menyihir nadinya agar mengeja
namaku dalam tiap-tiap denyutnya.

Dan jika ia bertanya-tanya,
katakan saja padanya
untuk melakukan hal yang sama.

29/11/2010

5 orang berkomentar. Mau?


Nov 23, 2010

Tunjukkan.

Tunjukkan padaku
sudut-sudut tempat sepimu mulai memahit,
biar kusapu
dengan cara yang paling manis.

Lalu juga
dinding-dinding yang basah oleh air mata,
biar kubasuh
dan kukecup hingga mengering.

3 orang berkomentar. Mau?



Dua Kotak Puzzle

Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, perlahan-lahan tanpa tahu apa yang akan kita temukan pada tiap keutuhan yang terkecil sekalipun. Terkadang aku atau kamu akan mengernyit ketika beberapa bagian terlihat begitu abstrak dan tak masuk akal, atau tak sabar saat beberapa potongan terlalu rumit untuk disatukan. Lalu sesekali juga berdebar saat keping-keping yang disatukan membentuk keindahan yang menggelitik tak disangka.

Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, cemas karena tak tahu berapa potongan yang ada di situ dan apakah kita punya batas waktu. Ada kalanya aku atau kamu menghela napas lega ketika sedikit demi sedikit bagian salah satu dari kita terpecahkan dan yang lain masih ingin melanjutkan. Sering juga menggigit bibir khawatir gambar-gambar yang kita punya kurang memuaskan, atau terlalu mengerikan untuk diselesaikan.

Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, di tengah berbagai kemungkinan: menang dan kalah, enggan dan penasaran, takut dan gigih, utuh dan ditinggalkan.

0 orang berkomentar. Mau?


Nov 19, 2010

KENDARA

Anggap saja
dua hati asing berkendara
pada jalan antah berantah,
dengan tujuan yang entah.

Jika tak ada jaminan aman,
genggam saja dan pastikan kita nyaman.

3 orang berkomentar. Mau?



PADA SEBUAH DETIK

Sebuah detik memutuskan mengikutiku malam itu,
tinggalkan garis waktu tempat ia semestinya membatu
dengan imaji memutar diri berulang kali
lebih nyata dari sensasi pertunjukan empat dimensi.
Padanya tersimpan rahasia detak jantung yang terkesiap
tak siap menangkap saat tatap lembut tiba-tiba menancap,
merobek lalu menjejak kuat-kuat
mendesak satu rasa yang tadinya tertutup rapat.

Sebuah detik memutuskan membuat logika jungkir balik,
mengantar kupu-kupu di perutku kembali mengobrak-abrik
dengan hangat yang menjalar dan sentuhan geli
seperti rollercoaster yang membuatku selalu ingin lagi.
Padanya tersimpan rahasia tentang ragu yang terkikis
pertahanan yang runtuh saat senyum terukir manis,
membelai dan menyelinap diam-diam
mendorong cinta jatuh lalu mulai tertanam.

0 orang berkomentar. Mau?


Nov 10, 2010

Sebuah Janji di Ujung Harimu

Aku akan melakukan apa saja asal kau tak jadi pergi. Kita akan jalan-jalan di sungai beku abu-abu naik kuda bertanduk kaca. Kau akan lihat kunang-kunang menyala kiri-kanan, berkedip bersamaan. Rumah-rumah berjalan berlawan arah, cepat dan tak sempat mengucap 'dadah'. Ah, siapa peduli! kau hanya akan meremuk pinggang, agar salah satu dari kita takkan terbang.

Aku akan melakukan apa saja asal kau tak jadi pergi. Akan kulempar senandung di bawah kubik kacamu, menghentikan doa yang setengah mendaki, agar diam merekam dan beritahu Tuhan kau begitu kukehendaki. Saat itu aku akan memakai kostum spiderman pujaanmu, dan kau akan bertanya tentang di mana kusimpan jaring laba-laba. Maka akan kubilang bahwa kupinjamkan pada keluarga laba-laba yang tak punya sarang. Pasti kau tertawa sebab kebodohan yang kusengaja.

Aku akan melakukan apa saja asal kau tak jadi pergi. Kutemani kau menghitung domba, sampai lepas dekap terjaga. Kau akan lelap, memasuki perlahan gerbang mimpi yang kurancang.
Sayang, kita akan berada di kapal besar berwarna biru, warna kesukaanmu. Kau dan aku serupa bajak laut yang jatuh cinta pada takut. Sebab laut adalah muara air mata kita yang paling doa. Sayang, lihatlah matahari warna merah itu adalah lolipop. Kau bisa menjilatinya sesuka, dan membawa patahannya di saku celana.
Secarik langit akan kulengkung, agar terjengkal dari pangkal doa yang terapal. Maka sapalah Tuhan, bilang bahwasanya jangan hari ini dari hidupku kau terpental.

-Raditya Nugie

0 orang berkomentar. Mau?



Di Balik Kaca TransJakarta

Kamu di balik kaca mobilmu,
dan aku di dalam bus kota.

Antara kita adalah
jarak begitu jelas namun tak terbaca
yang seperti dimensi berbeda saja,
meski kadang seolah saling bertatap mata.
Kamu kesempurnaan yang berdiri angkuh
dan aku di sini serupa itik bersimbah peluh.
Lalu mobil mewah dan asap dari luar jendela,
pendingin nyaman dan desak TransJakarta
yang tiap kaca dan kursinya saja menyentak mimpiku lalu tergelak,
atas khayal yang sesederhana imaji anak-anak.

Antara kita adalah
kenyataan dalam klakson pagi
bahwa pangeran manja tak akan jatuh hati
pada putri sederhana berbau matahari.
Tapi cinta bukannya seperti debu jalanan,
terbang tak berarah lalu mendarat sembarangan?
Lalu analogi yang dibantah
oleh hujan yang menyiramnya hingga basah
lalu menghapusnya mentah-mentah.
Katanya, "bagaimana bisa itu berlaku,
jika ia bahkan tak kenal debu?"

Antara kita adalah
sombongnya caramu menyetir,
ban mobilmu yang tertawa menyindir
dan hatiku yang basah oleh cipratan air.
Bahkan kicau burung saja terdengar berkelakar
menertawai keberadaanku yang tak kau sadar.
Lalu panasnya siang yang menyengat,
membakar kulitku dengan penuh semangat
membuatnya semakin gelap tanpa kata sepakat
sementara kamu, begitu terang dan halus,
serasi dengan tatapan yang membius.

Antara kita adalah..
ah, sudahlah.

Semua membuatku setuju,
bahwa dunia kita berbeda.
Kamu di balik kaca mobilmu,
dan aku di dalam bus kota.

Tapi coba periksa debu di atap mobilmu,
siapa tahu ada cintaku di situ.


-DisaTannos-



Untukmu yang di sana,
yang cantik dibingkai kaca TransJakarta.
Di antara kita hanya tersekat dinding ragu
yang tak kau pahami sebagai cinta di sela waktu menunggu.
Maka bawa aku ke dalam TransJakartamu
untuk memelihara wajahmu di ruang temu.
Mana yang bisa kugenggam?
Tanganmu atau tiang penyangga badan,
sebab aku harus tahu cara membiarkanmu tetap nyaman.

Di luar jendela selalu ada pemandangan yang kau bosan,
maka masuklah ke dalam mataku, pelan,
lihatlah dunia yang kelak
dan tak bisa kau elak.

Siang yang jalang
mencumbui tubuhmu hingga bersimbah peluh.
Boleh aku saja yang menyeka?
Agar letihmu dapat kuterka,
agar dapat kutakar berapa banyak tersisa luka.

Wajahmu,
tempat surga menyederhanakan parasnya
yang terselubung muram mendung.
Maka biar aku membasung mendung,
biar kita menyingkap cinta yang urung.

Roda TransJakarta terus berjalan
pun jalan akan merupa sungai kenangan
yang sesekali meluap saat rindu mengecupkan hujan.
Dan aku akan menggenggammu berdampingan
di atas roda yang menyepuh jalan
berubah dari abu menjadi merah jambu
sampai ke halte terakhir,
tempat salah satu dari kita dijemput takdir.


-RadityaNugie-

0 orang berkomentar. Mau?


Nov 8, 2010



Surat Cinta untuk Istriku Kelak


Dear istriku kelak, malam ini akan terlahir kalimat-kalimat dari rahim kesepian yang disetubuhi oleh malam. Maka aku meminta maaf terlebih dahulu karena tak punya cara untuk mengirimkan surat ke alamatmu yang entah di mana. Mungkin kau masih di sana, terselip di antara barisan jarak dan waktu sebagai sebuah bingkisan cantik dari Tuhan.

Istriku, baru kali ini aku merasa dinding tak punya telinga, atau dia hanya pura-pura tuli dan menjadi dingin karena muak mendengar semua keluhan-keluhanku selama ini, maka aku ingin menuliskan secarik surat untukmu. Sebuah surat tanpa balasmu yang akan kubacakan di luar jendela kamarku. Sebab angin adalah tukang pos yang bersedia mengantarkannya kapan dan di mana saja. Semoga sampai ia ke jendela telingamu, tempat di mana aku bisikkan cahaya-cahaya pagi, atau sampai di beranda mimpimu, tempat aku mengecupkan selamat malam dan berjaga, atau mungkin sesekali kau mengajakku ke dalam untuk memelukmu sepanjang malam.

Istriku, kelak kita akan menempati sebuah rumah yang dibangun oleh jerih cinta yang ingin menjaga, rumah yang akan memberimu atap dari panas dan hujan, dan kelak akan kubuat perigi di telapak tanganku untuk menampung anak-anak bening yang terlahir dari mendung di matamu.

Istriku, kita tak perlu rumah dengan dua lantai yang terdapat balkon untuk kita berbaring berdua menatap bintang, sebab ranjang kita adalah balkon tempat kita melihat bintang begitu dekat. Ya istriku, di kamar kita akan terbiasa membintangkan tatapan, dan aku akan senantiasa mencuri wajah bulan untuk menyempurnakan mata bintangmu.

Istriku, kelak di rumah kita tak perlu ada perapian, sebab di sana kita akan belajar memberi dekapan hangat yang lebih hangat dari baju hangat yang dirajut oleh benang bara, sebab pada dekapku kau akan merasakan hangat secukup dan seutuhnya.

Istriku, kelak akan kita buat halaman di belakang rumah, tak perlu terlalu besar, hanya untuk tempat anak-anak kita bermain di antara cinta dan doa yang kita tanam dan tumbuh sebagai bunga, dan daun-daun yang luruh menghumus menumbuhkembangkan cinta dan doa kita di sana.

Istriku, malam semakin puncak, dan aku harus terlelap memimpikanmu. Dan suatu hari secarik surat ini akan sampai pada alamatnya, tentang kerinduanku yang diabadikan oleh jejak-jejak pena untukmu.

selamat malam kekasih,
semoga senantiasa Tuhan menjagamu di sana.

-RadityaNugie-



Surat Cinta untuk Suamiku Kelak


Teruntuk calon suamiku kelak,

Kemarin sepi membawamu padaku, lewat detik-detik yang membentang malam. Kamu ada di situ, terselip di antara hembusan asap, timbul tenggelam dalam pekat kopi, melayang bersama tiap petik melodi. Kucoba mencari namamu di balik tiap bintang, mereka-reka rupamu pada permukaan bulan, tapi mana mungkin mereka bocorkan rahasia Tuhan?

Jadi kubiarkan kamu tetap di sana, seperti malam-malam lainnya, serupa khayal berserak abstrak. Sementara aku menikmati tiap putaran bumi serta cinta yang datang dan pergi, seperti kisah-kisah pembuka sebelum akhirnya hati kita terkuak. Sambil menerka-nerka apakah kamu juga melakukan yang sama, entah di belahan bumi bagian mana.


Suamiku, aku mendamba saat di mana cinta tumbuh dan memeluk kita manja. Kuyakini akan indah—mungkin seperti meniti pelangi usai hujan dengan surga di ujungnya. Pelangi yang semoga tak pernah memudar. Aku tak perlu takut jatuh meski bahaya membentang di bawah, karena kamu akan ada di sisiku dan menuntun tiap langkah. Sesekali kita akan tergelincir, mungkin terkilir. Tapi aku percaya, sayang, tiap bekas luka akan jadi kisah manis peramu tawa, tersimpan rapi di serambi rumah kita.

Rumah itu, suamiku, akan jadi tempat lahirnya kehidupan baru. Tempatmu membuka pagi dengan minuman hangat buatanku. Tempatku menutup malam dengan kecupan lembutmu. Kita akan mengukir mimpi dan kenangan pada tiap sudutnya, dengan guratan-guratan cinta. Kamu akan jadi imam bagiku, atap dan penghangat, pelindung segala resah. Aku akan jadi sejuk untukmu, pembasuh tiap peluh, penadah tiap lelah. Lalu waktu, pada tiap jengkal udara, memainkan lagu yang manis, pengiring kita berdansa, bercinta, hingga mabuk oleh hasrat yang tak habis.

Suamiku, untukmu aku akan melahirkan tangan-tangan dan kaki-kaki mungil pembawa jiwa suci. Lalu bagi merekalah kita akan jalani hari, denganmu mengajarkan mereka kehidupan, dan aku merawat mereka penuh kelembutan. Mereka akan bermain di samping kolam berteratai, di mana tak terhitung kasih telah kita semai. Juga ribuan dongeng sebelum tidur, jutaan doa hingga dewasa, sampai akhirnya alam memeluk kita. Dan hingga masa itu tiba, kita akan tetap berpeluk, saling bersandar dalam damai.


Kamu yang akan menjadi bagian masa depanku,

akhirnya kutuliskan surat ini pada bintang yang dibawa peri-peri, agar pada suatu malam nanti mereka dapat membawamu pada rinduku lewat sayap-sayap mimpi. Selamat tidur, sayang, jalanilah hidupmu dengan baik hingga Tuhan menyatukan kita nanti.

-DisaTannos-

0 orang berkomentar. Mau?


Nov 6, 2010

Untukmu, pada Suatu Senja

Senja itu, senja yang menyimpan renjana.
kau terduduk menunggu bus menjemput
kau dan kehilanganku.
Menjalar pada jalan abu berintangliku.

Di antara riuh dan sapa beku
aku mengkhayalkan suaramu
yang memberi sayap untuk rasa,
mengepak ke langit,
lalu runtuh sebagai kaca
berlomba sampai ke tanah, pecah
tertancap di dadaku,
menyerang ke betismu.

Kau merapat lebih dekat,
lebih, dan lebih lekat terlihat.
Senja yang ajaib
dua bulan berbaring di tengah telaga
dua larik pelangi merah jambu merapatlengkung senyummu,
kuyup
seolah terendam segara bir dingin,
menumbuhtambahkan mabukku berhasrat ingin.

Decak melantangkan detak,
detik urung berdetak.
Sapaku mengepak tanpa peta,
urung, kembali menuju sarang di dada.

Gugusan jelaga berarak menghapus awan,
keraguan masih terang menenang,
geming menghening
diiringi jarum alegro tanpa nego.

Gemuruh bus mendekat dari jauh,
melempar sauh dihadapanmu
menjemputmu ke dalam remang,
lalu hilang.

Tinggal aku sendiri,
di antara renta lelampu jalan.

-RadityaNugie-


Kutuliskan sederet aksara senja,
Yakni kata-kata yang resah --
Akan hatiku yang tinggal bersama
jalan berabu di ujung jingga.
Kutuangkan mimpi-mimpi fatamorgana
tentang sebuah senja merah
Yang kuyakini berpusat pada teduh sorot matamu,
Seperti aku saja yang terkagum dalam bisu.

Kutuliskan sederet aksara senja,
Atas nama hasrat yang patah --
Saat kau menghilang seiring busku
datang lalu melaju.
Kutiupkan debu imaji semu,
Tentang suatu senja yang pasrah
Tunduk pada tegap tubuhmu yang bersandar di sana,
Seperti jiwaku pun berontak ingin merengkuhnya.

Maka kugantungkan untukmu
sederet aksara senja
Pada tiap detik yang galau,
Dan simpan bibirmu yang menghitam tembakau
Untukku saja
Saat kita bertemu di suatu senja yang sama--
Semoga.

-DisaTannos-

1 orang berkomentar. Mau?