March 2007 /
April 2007 /
May 2007 /
June 2007 /
July 2007 /
November 2007 /
March 2008 /
April 2008 /
February 2009 /
March 2009 /
April 2009 /
May 2009 /
June 2009 /
July 2009 /
August 2009 /
October 2009 /
May 2010 /
June 2010 /
July 2010 /
August 2010 /
September 2010 /
November 2010 /
December 2010 /
Dec 14, 2010
Sepandai-pandainya Tupai Melompat.. Ulangan Sejarah, soal pilihan ganda. Di menit kesepuluh, beberapa tangan mulai merayap ke kolong meja. Beberapa lainnya merogoh kantong rok dan celana, mengambil handphone masing-masing. Pak Darto duduk di depan, berkutat dengan tumpukan kertas sambil sesekali mengamati kami dari balik kacamatanya. Aku mulai menarikan jariku pada tombol-tombol yang sudah kuhapal posisinya, sementara mataku tetap terpaku pada kertas soal di meja. Soal ini, aku ahlinya. “1-10, buruan!” Kutekan tombol di tengah, lalu mencari nama sahabatku Pampam pada buku telepon. Ini dia. Kirim! Lima detik kemudian lampu handphone-ku menyala, tanda laporan masuk. Delivered to: Pak Darto. Pak Darto?! Jantungku melonjak, disusul sebuah suara berat dari depan kelas. “Ehm. Disa, salah kirim SMS ya?” Labels: #111kata, jejakubikel 1 orang berkomentar. Mau? Suatu Hari di Tahun 2002 “Halo!” “Sayang, kamu harus tolong aku! Ini penting, aku gak punya banyak waktu. Di rumahku ada orang tak dikenal. Aku sendiri di kamar. Pintu depan tadi didobrak, suara laki-laki, dua atau tiga orang. Sepertinya mereka maling, atau perampok. Aku mau buka pintu, tapi takut. Bagaimana kalau aku langsung dibekap, diperkosa, lalu dibunuh? Aduh, suara mereka semakin dekat. Mereka sedang mengambil barang-barang di rumahku. Sayang, cepat ke sini! Sebelum mereka menemukan aku! Halo? Sayang? Halo? Halo? Kamu di mana? Aku benar-benar takut! Haloooo?!” “Sori, ini mailbox. Handphone saya lagi mati. Maaf ya, iseng. Silakan tinggalkan pesan setelah nada berikut ini! *bip!*” Tok, tok.. BRAKK!! “Eh, ada perempuan cantik. Boleh nih, boy!” “TOLOOOOONG!” Labels: #111kata, jejakubikel 0 orang berkomentar. Mau?
Dec 13, 2010
Sepuluh “Kau pasti sudah dengar kasus yang sedang kuselidiki. Pembunuh berdarah dingin. Kesembilan korbannya pria beristri. Terbunuh dengan mengerikan. Darah di mana-mana. Tak ada jejak kecuali hati yang retak, digambar pada pipi menggunakan lipstik merah menyala. Pria-pria itu tengah berbohong. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya perselingkuhan. Kukatakan pada pihak kepolisian, bisa jadi pembunuhnya perempuan. Motifnya mungkin balas dendam, karena pernah disakiti.” Kekasihku terdiam. Mungkin teringat istri dan anaknya di rumah. Kupoles bibirku sekali lagi. “Kenapa diam?” “Warna lipstikmu..” Kukecup bibirnya, lalu tertawa puas. Semakin keras saat darah dari dadanya menderas. Kugambar hati yang retak pada pipinya, lalu pergi. Sepuluh. Selesai sudah. Seperti jumlah perempuan yang pernah dikencani suamiku sebelum ia mati di tanganku. Labels: #111kata, jejakubikel 0 orang berkomentar. Mau?
Dec 9, 2010
Ibu, Seperti Apa Surga? Apakah seperti hadiah Sinterklas nanti, cuma untuk anak baik saja? Apakah seperti Inggris atau Itali, perlu visa dengan wawancara? Apakah seperti laki-laki, akan lari kalau dikejar? Apakah seperti Universitas Negeri, harus lolos tes yang sukar? .. Atau seperti rumah, selalu terbuka walaupun aku sedikit nakal? 2 orang berkomentar. Mau?
Nov 30, 2010
Kepada Sepasang Mata Kepada sepasang mata kekasihku, Jangan katakan padanya bahwa saat hati-hati melirik aku tengah menelusurinya baik-baik! Bukakan saja pintu lebar-lebar sibakkan tirai yang menjuntai lalu pinjamkan padaku lampu badai. Karena aku hendak menyusup jelajahi lorong-lorong rahasia yang selalu kalian jaga, maka beritahu saja cara membuka ruang-ruang yang terkunci rapat, untuk kurekatkan cintaku kuat-kuat. Jangan katakan padanya bahwa saat kutatap dalam-dalam aku sedang menyelidikinya diam-diam! Biarkan saja aku sejenak terjun ke dalam gelapnya palung-palung menebas ragu yang menggantung, lalu kutanya pada dindingnya seberapa banyak tentangku terukir atau hanya tergambar pada bibir. Maka berikan saja padaku mantra-mantra, untuk menyihir nadinya agar mengeja namaku dalam tiap-tiap denyutnya. Dan jika ia bertanya-tanya, katakan saja padanya untuk melakukan hal yang sama. 29/11/2010 5 orang berkomentar. Mau?
Nov 23, 2010
Tunjukkan. Tunjukkan padaku sudut-sudut tempat sepimu mulai memahit, biar kusapu dengan cara yang paling manis. Lalu juga dinding-dinding yang basah oleh air mata, biar kubasuh dan kukecup hingga mengering. 3 orang berkomentar. Mau? Dua Kotak Puzzle Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, perlahan-lahan tanpa tahu apa yang akan kita temukan pada tiap keutuhan yang terkecil sekalipun. Terkadang aku atau kamu akan mengernyit ketika beberapa bagian terlihat begitu abstrak dan tak masuk akal, atau tak sabar saat beberapa potongan terlalu rumit untuk disatukan. Lalu sesekali juga berdebar saat keping-keping yang disatukan membentuk keindahan yang menggelitik tak disangka.
Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, cemas karena tak tahu berapa potongan yang ada di situ dan apakah kita punya batas waktu. Ada kalanya aku atau kamu menghela napas lega ketika sedikit demi sedikit bagian salah satu dari kita terpecahkan dan yang lain masih ingin melanjutkan. Sering juga menggigit bibir khawatir gambar-gambar yang kita punya kurang memuaskan, atau terlalu mengerikan untuk diselesaikan. Kita adalah dua kotak kepingan puzzle rumit yang saling menyusun, di tengah berbagai kemungkinan: menang dan kalah, enggan dan penasaran, takut dan gigih, utuh dan ditinggalkan. 0 orang berkomentar. Mau? |